Persoalan antara Generasi Z (Gen Z) dan Generasi Alpha dengan orang tua atau masyarakat mencerminkan tren global. Konsep episteme dari Michel Foucault dapat digunakan untuk mengeksplorasi tantangan ini dalam membantu kita memahami bagaimana struktur pengetahuan dominan membentuk persepsi dan interaksi dengan generasi ini. Riset terkini menunjukkan bahwa perkembangan teknologi digital dan media sosial memainkan peran penting dalam membentuk pengalaman dan perilaku generasi ini. Teknologi tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga mempengaruhi cara mereka berkomunikasi, belajar, dan membangun hubungan sosial (Britopian, 2024).
Studi menunjukkan bahwa ketergantungan pada perangkat digital dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional anak-anak Gen Alpha. Mereka sering kali lebih nyaman dengan interaksi virtual daripada interaksi langsung, yang dapat menyebabkan masalah perilaku dan kurangnya keterampilan sosial. Penelitian dari Britopian mengungkapkan bahwa sekitar 60% partisipan di Amerika mengalami masa kecil yang kurang bahagia, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka di masa depan. Hal ini menunjukkan bagaimana lingkungan digital mempengaruhi perkembangan anak-anak di era modern (Britopian, 2024).
Selain itu, perbedaan nilai dan harapan antara Gen Z dan Gen Alpha dengan generasi sebelumnya yang menjadi orang tua semakin menonjol. Gen Z dan Gen Alpha memiliki harapan tinggi terhadap tanggung jawab sosial dari organisasi dan merek yang mereka dukung. Mereka lebih sadar akan isu-isu lingkungan dan sosial, serta menuntut otentisitas dan tindakan nyata dari pihak-pihak terkait. Menurut penelitian, kesadaran sosial ini dipengaruhi oleh paparan informasi yang lebih luas melalui media digital, yang membentuk nilai-nilai dan harapan mereka (McKinsey & Company, 2024).
Di Amerika banyak Gen Z dan Gen Alpha yang aktif dalam gerakan sosial seperti Black Lives Matter dan Fridays for Future. Mereka tidak hanya ikut serta dalam protes dan kampanye, tetapi juga menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu tersebut. Organisasi dan merek yang tidak menunjukkan komitmen nyata terhadap keberlanjutan atau keadilan sosial sering kali mendapatkan kritik dan boikot dari generasi ini. Misalnya, perusahaan fashion yang tidak transparan tentang rantai pasokan mereka dan kondisi kerja di pabrik-pabrik mereka menghadapi reaksi negatif dari konsumen muda yang lebih memperhatikan etika dan tanggung jawab sosial.
Kesadaran sosial yang tinggi di kalangan Gen Z dan Gen Alpha juga tercermin dalam pilihan karir mereka. Banyak dari mereka yang memilih bekerja di organisasi yang memiliki misi sosial atau lingkungan yang kuat. Mereka cenderung mencari pekerjaan di sektor non-profit, perusahaan B-Corp, atau startup yang fokus pada inovasi berkelanjutan. Ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai yang dipengaruhi oleh paparan informasi digital tidak hanya mempengaruhi preferensi konsumen, tetapi juga aspirasi profesional dan pilihan hidup mereka secara keseluruhan. Generasi ini menuntut lebih dari sekadar produk dan layanan; mereka mencari perubahan sistemik dan keberlanjutan dalam setiap aspek kehidupan mereka.
Tantangan dalam pengasuhan juga menjadi sorotan dalam riset terkini. Orang tua milenial sering dikritik karena memberikan terlalu banyak waktu layar kepada anak-anak mereka, yang dapat mengakibatkan kurangnya disiplin dan kemampuan anak-anak untuk mengatur emosi mereka sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan yang berlebihan pada teknologi dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional anak-anak. Penting bagi orang tua untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara penggunaan teknologi dan interaksi langsung untuk mendukung perkembangan sosial dan emosional anak-anak mereka (Massachusetts Daily Collegian, 2024).
Tercatat banyak anak-anak yang terbiasa menghabiskan berjam-jam di depan layar untuk bermain game atau menonton video, sering kali menunjukkan tanda-tanda kecanduan. Mereka mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari tanpa teknologi dan menjadi mudah marah atau cemas ketika perangkat mereka diambil. Penelitian dari Massachusetts Daily Collegian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki batasan waktu layar yang ketat cenderung memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dan lebih mampu mengelola stres dibandingkan dengan mereka yang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa keseimbangan antara waktu layar dan aktivitas non-digital sangat penting.
Selain itu, pengasuhan yang terlalu bergantung pada teknologi dapat mengurangi kesempatan anak-anak untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal. Misalnya, anak-anak yang lebih sering bermain game online daripada bermain di luar dengan teman-teman mereka kurang mampu memahami isyarat sosial dan membangun hubungan yang kuat. Penting bagi orang tua untuk mendorong anak-anak mereka untuk terlibat dalam aktivitas fisik dan sosial, seperti bermain di taman, mengikuti klub olahraga, atau sekadar menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga tanpa gangguan teknologi. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang aktif secara sosial dan fisik cenderung lebih bahagia dan lebih sehat secara emosional.
Kesehatan mental juga menjadi perhatian utama bagi Gen Z dan Gen Alpha. Penggunaan media sosial yang berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Studi dari Annie E. Casey Foundation (2022) menunjukkan bahwa lebih dari 40% orang dewasa muda Gen Z melaporkan perasaan cemas atau depresi yang persisten. Penelitian ini menyoroti pentingnya meningkatkan kesadaran tentang risiko kesehatan mental dan cara mengelolanya di era digital, serta perlunya dukungan dari keluarga, sekolah, dan komunitas untuk membantu generasi muda mengatasi tantangan ini (Annie E. Casey Foundation, 2022).
Gen Alpha, yang lahir dari 2010 hingga 2024, sering disebut “iPad kids” karena waktu signifikan yang dihabiskan di depan layar. Ketergantungan ini menciptakan tantangan dalam interaksi sosial dan perkembangan emosional mereka, karena mereka lebih nyaman dengan interaksi digital daripada tatap muka. Fenomena ini dapat dipahami melalui episteme era digital, di mana teknologi menjadi pusat kehidupan sehari-hari dan mengubah cara kita berinteraksi (Foucault, 1970; Britopian, 2024; Massachusetts Daily Collegian, 2024). Baik Gen Z maupun Gen Alpha memiliki harapan tinggi terhadap tanggung jawab sosial dari organisasi dan merek yang mereka dukung. Mereka lebih sadar akan isu-isu lingkungan dan sosial, dan menuntut otentisitas serta tindakan nyata dari entitas tersebut. Episteme modern menekankan pentingnya kesadaran sosial dan keberlanjutan, yang membentuk nilai dan harapan generasi muda ini (Britopian, 2024). Anak-anak Gen Alpha tumbuh dalam dunia yang sepenuhnya digital, dengan pengalaman belajar yang interaktif dan on-demand. Mereka menggunakan media sosial dan pesan instan sebagai alat komunikasi utama. Ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih mengandalkan komunikasi langsung atau metode pembelajaran tradisional. Episteme digital mengubah cara kita berkomunikasi dan belajar, menciptakan kesenjangan antara generasi muda dan orang tua mereka (Foucault, 1980; Britopian, 2024; McKinsey & Company, 2024).
Orang tua (milenial maupm boomers) sering dikritik karena memberikan terlalu banyak waktu layar kepada anak-anak mereka. Pengasuhan yang berlebihan pada teknologi dapat menyebabkan kurangnya disiplin dan kemampuan anak-anak untuk mengatur emosi mereka sendiri tanpa bantuan teknologi. Episteme di era digital menekankan pentingnya teknologi dalam kehidupan sehari-hari, yang mempengaruhi cara orang tua mengasuh anak-anak mereka (Massachusetts Daily Collegian, 2024). Ketergantungan pada teknologi dan media sosial dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi pada Gen Z dan Gen Alpha. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis, menciptakan tekanan untuk memenuhi standar yang tidak realistis dan membandingkan diri dengan orang lain. Dalam episteme ini, penting untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko dan cara mengelola kesehatan mental di era digital (Annie E. Casey Foundation, 2022; McKinsey & Company, 2024).
Gen Z dan Gen Alpha menunjukkan kesadaran sosial yang tinggi dan menuntut tindakan nyata pada isu-isu seperti perubahan iklim dan kesetaraan sosial. Episteme modern mencerminkan perubahan nilai-nilai masyarakat yang lebih menekankan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial (Britopian, 2024). Transformasi episteme dari waktu ke waktu dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan transformasi ekonomi. Perkembangan teknologi digital dan media sosial telah mengubah episteme yang berlaku, menciptakan cara baru dalam berkomunikasi, belajar, dan berinteraksi. Perubahan ini mempengaruhi bagaimana kita memahami dan menangani isu-isu yang berkaitan dengan generasi muda saat ini (Foucault, 1977; Britopian, 2024; Massachusetts Daily Collegian, 2024).
Konsep relasi kuasa dan pengetahuan dari Foucault menjelaskan bagaimana pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari kekuasaan. Pengetahuan tentang Generasi Z dan Gen Alpha dibentuk oleh struktur kekuasaan yang ada, seperti media, lembaga pendidikan, dan pemerintah. Relasi kuasa ini menentukan bagaimana generasi ini diperlakukan dan dipahami. Pengetahuan yang diciptakan oleh media tentang ketergantungan teknologi, misalnya, memperkuat kekuasaan media dalam membentuk persepsi masyarakat tentang generasi muda (Foucault, 1977; Britopian, 2024).
ASIGTA (Analisis Komunikasi Big Data) memainkan peran penting dalam menganalisis pola komunikasi digital dan memahami perilaku generasi muda. Dengan menggunakan big data, ASIGTA dapat mengidentifikasi tren, preferensi, dan masalah yang dihadapi oleh Generasi Z dan Gen Alpha. Analisis ini membantu dalam merumuskan kebijakan dan strategi yang lebih efektif untuk mendukung kesejahteraan generasi muda. Data yang dikumpulkan oleh ASIGTA juga dapat digunakan untuk memahami bagaimana relasi kuasa dan jaringan komunikasi mempengaruhi generasi ini.
Sebagai episteme berkembang, praktik pengasuhan dan pendidikan harus menyesuaikan diri untuk membantu anak-anak menavigasi dunia digital dengan bijak. Ini termasuk mengajarkan keterampilan digital yang sehat, mengatur waktu layar, dan mempromosikan interaksi sosial yang bermakna. Adaptasi terhadap perubahan episteme memastikan perkembangan optimal dan kesejahteraan anak-anak (Massachusetts Daily Collegian, 2024).
Peningkatan masalah kesehatan mental di kalangan Gen Z dan Gen Alpha memerlukan fokus pada literasi digital dan kesadaran kesehatan mental. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis, dan mengatasi ini memerlukan pemahaman tentang pengaruh episteme digital pada kesehatan mental (Annie E. Casey Foundation, 2022; McKinsey & Company, 2024). Penekanan pada tanggung jawab sosial dalam episteme modern mendorong harapan Gen Z dan Gen Alpha untuk tindakan konkret dari organisasi dan pemerintah. Mengatasi harapan ini melibatkan integrasi pertimbangan sosial dan lingkungan dalam praktik bisnis dan kebijakan (Britopian, 2024). Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh generasi muda, penting untuk mengubah struktur pengetahuan dan cara berpikir dominan. Ini melibatkan pengembangan kebijakan dan program yang mendukung kesehatan mental, literasi digital, dan tanggung jawab sosial, mencerminkan episteme yang berkembang (Britopian, 2024; Massachusetts Daily Collegian, 2024).
Menghadapi tantangan episteme digital memerlukan kolaborasi antara keluarga, sekolah, komunitas, dan pemerintah. Upaya kolektif ini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi Gen Z dan Gen Alpha, memastikan kesejahteraan dan perkembangan mereka di era digital.
Referensi
- National Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders. (2024). Dear world, GEN Z needs your help
https://anad.org/eating-disorders-in-genz/ - Annie E. Casey Foundation. (2022). GENERATION Z AND MENTAL HEALTH
https://www.aecf.org/blog/generation-z-and-mental-health - Britopian. (2024). Understanding Gen Alpha: Stats, Trends & Insights for 2024.
https://www.britopian.com/gen-alpha-stats-trends-insights-for-2024 - McKinsey & Company. (2024). Addressing Gen Z mental health challenges.
https://www.mckinsey.com/industries/healthcare/our-insights/addressing-the-unprecedented-behavioral-health-challenges-facing-generation-z - Massachusetts Daily Collegian. (2024). The children of Generation Alpha have a technology problem.
https://dailycollegian.com/2024/04/the-children-of-generation-alpha-have-a-technology-problem/ - Foucault, M. (1970). The Order of Things: An Archaeology of the Human Sciences.
https://www.amazon.com/Order-Things-Archaeology-Human-Sciences/dp/0679753354 - Foucault, M. (1977). Discipline and Punish: The Birth of the Prison.
https://www.amazon.com/Discipline-Punish-Birth-Prison-Second/dp/0679752552 - Foucault, M. (1980). Power/Knowledge: Selected Interviews and Other Writings, 1972-1977.
https://www.amazon.com/Power-Knowledge-Selected-Interviews-Writings/dp/039473954X