Sebuah Perjalanan Kabupaten Blitar (Sep to Des 2020)

KABUPATEN BLITAR – MAK RINI Mak Rini (PKB) melawan petahana jagoan PDIP dan bertarung di Bumi Bung Karno yang dianggap sakral (kandang Banteng PDIP) terlebih di pilkada 2015 lalu pasangan Rijanto- Marhaenis hingga tidak ada musuhnya. Diawali dengan suhu politik internal DPC PKB Kabupaten Blitar menghangat mempertanyakan turunnya rekom DPP PKB untuk Mak Rini dan pasangannya serta banyak tantangan lainnya seperti isu bukan warga Kabupaten Blitar (cabupnya asal Kota Blitar dan cawabupnya asal Tulunggagung) dsb. Belum lagi kasus yang dikait-kaitkan dengan pasangan Mak Rini dan Makdhe Rahmat. https://www.jatimpos.co/hukum/3915-cawabup-blitar-rahmat-santoso-dipanggil-kpk-jelang-pilkada Facebook Group pada Kabupaten Blitar di 22 Kecamatan Membaca netizen Kabupaten Blitar melalui Facebook Group (baru level 1) dalam kategori anggota masyarakat dewasa dengan overlapping masing-masing keanggotaan pada wilayah 22 Kecamatan di Kabupaten Blitar dimana keanggotaannya secara kuantitatif tidak jauh beda dengan DPT Kabupaten Blitar. Dilakukan pembacaan dan analisis mengingat pembicaraan isu-isu tertentu netizen memiliki korelasi yang signifikan dengan pembicaraan riil di masyarakat. Apa yang dianggap penting dimedia sosial cenderung dianggap penting oleh Masyarakat. Tentunya setelah dilakukan pembersihan data untuk menghilangkan yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Hal tersebut dipergunakan untuk memahami kekuatan peta masing-masing calon Kepala Daerah di Kabupaten Blitar. Berdasarkan data tersebut (dari waktu ke waktu hingga terkini) kita dapat mengevaluasi peta kekuatan kita dan peta kekuatan lawan agar dapat mengembangkan strategi yang tepat untuk mempengaruhi pemilih di Kabupaten Blitar. Kami menyadari bahwa pasangan Rijanto- Marhaenis adalah lawan tangguh berpengalaman dikandangnya dengan kuasa yang sudah terbangun dari tahun ke tahun. Melalui pembacaan level 1 (yang dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan) kami memperoleh celah dan momentum untuk meraih kemenangan yang diawal langkah dianggap mustahil oleh banyak pihak. LAPORAN PETA KEKUATAN PASLON 1 DAN 2DI KAPUBATEN BLITAR BERDASARKAN DATA MEDIA SOSIAL Tidak dapat dipungkiri diawal pembacaan pasangan Rijanto- Marhaenis pada Media Online unggul sangat jauh 74% sedang Mak Rini dan Makdhe Rahmat 26% namun ternyata dijumpai bahwa pasangan Rijanto-Marhaenis memiliki sentimen negatif yang cukup tinggi. Sentimen negatif tersebut menjadi modal dasar sederhana bagi perjuangan Mak Rini dan Makdhe Rahmat yang terbaca pada group-group Facebook di 22 Kecamatan di Kabupaten Blitar. Pembacaan tidak boleh hanya di Facebook meskipun mayoritas masyarakat desa adalah penggunanya, penting untuk dilakukan pembacaan pada media sosial atau media online lainnya dan jika perlu dilakukan penelaahan lapangan. Temuan Quotes Positive dan Negative pada masing-masing calon merupakan modal tambahan mengingat Quotes merupakan hal-hal yang menjadi catatan publik terhadap kandidat. Catatan merah (negatif) pihak lawan yang dapat kita manfaatkan untuk menarik dukungan dengan membangun program-program tertentu, khusus dan spesifik. Catatan merah yang ditemukan pada Mak Rini tidak boleh dibiarkan karena dapat dimanfaatkan oleh pihak lawan untuk menyerang. Digital Activism Kabupaten Blitar Dalam satu dekade terakhir, masyarakat Indonesia mayoritas antusias mengadopsi beragam platform digital. Peran teknologi digital dalam digital activism memberikan gambaran bagaimana penguatan demokrasi dan perubahan sosial di masyarakat. Dalam hal ini, aktivisme digital, atau peran teknologi digital dalam berbagai gerakan sosial di Indonesia menjadi penting untuk diamati sebagai dasar strategi di era revolusi industri 4.0 dan Smart Society 5.0. Visibilitas dan popularitas memperlihatkan bahwa praktik digital activism selalu berkaitan dengan algoritma dan metrics yang mendasari bagaimana media digital bekerja. Penting bagi tim sukses untuk melakukan adaptasi agar aktivisme dapat menjadi “terlihat”(visible) dan “populer” pada khalayak yang tepat tanpa menghilangkan esensi dan substansi dari aktivisme tersebut. Analisis Netizen Memahami netizen di Kabupaten Blitar bukan suatu hal yang mustahil diera digital multi platform saat ini namun tentunya dengan tantangan-tantangan tersendiri. Facebook sebagai media sosial yang mayoritas digunakan oleh masyarakat Blitar di 22 kecamatan sejak 4 September 2019 data importernya sudah tidak bisa lagi sebagaimana dilansir NodeXL socialmedia Research Foundation (https://www.smrfoundation.org/2019/09/05/nodexl-pro-facebook-data-importers-no-longer-functional/) Menjadi tantangan tersediri bagi ASIGTA untuk mampu melakukan pembacaan pada Facebook untuk mengklasifikasi pendukung masing-masing paslon hingga bagaimana peluang upaya untuk menggeser dukungan juga pada pendekatan perilaku pemilih. Hal tersebut tertuang dalam Netizen Facebook Kabupaten Blitar. Mak Rini juga memiliki Tim Lapangan yang luar biasa handal terlebih dalam mengimplementasikan pembacaan digital, “kendala” untuk memasuki daerah tertentu menjadi memungkinkan melalui media sosial. Didukung oleh Tim Media yang menyajikan tayangan yang mengena pada target sasaran dipantau dalam YouTube Video Network Tidak hanya itu, Twitter yang semula dianggap tidak mewakili masyarakat Blitar khususnya pedesaan sebenarnya mewakili keterwakilan khusus pada golongan tertentu yang dapat mendriven digital activism pada berbagai cluster masyarakat. Hanya saja untuk mendapatkan data Twitter tidak mudah, murah dan sederhana. Terpublikasi pada situs resmi Twitter.com (developer side) untuk month-to-month dimana harga perbulan mencapai $2.499 atau sekitar 36 juta rupiah. Demikian juga dengan Instagram, YouTube juga Tik Tok. Analisis Media Online Blitar Oktober November Eranya Kaum Muda Memimpin Daerah Analisis disinergykan dengan Program Mak Rini Makdhe Rahmat VISUALISASI KABUPATEN BLITAR (saat pelaksanaan realtime data update) Mempertahankan tidak lebih mudah daripada mengejar, menunaikan amanah dan menepati janji agar menjadi berkah. Irwan Dwi Arianto